Anak terlahir bagaikan kertas putih. Bukan saja pendidikan formal dan nilai moral yang harus ditanamkan, tapi diperlukan juga melatih kecerdasan emosi si kecil.
Setiap orang di dunia memiliki kepribadian, karakter, dan emosi yang berbeda. Begitu pula pada balita (bawah lima tahun). Karakter anak pada usia ini sangat ditentukan oleh apa yang mereka lihat dan dengar. Semakin banyak anak usia dini mendengarkan atau melihat ketidakadilan di lingkungannya, maka akan membuat emosi anak semakin tidak menentu. Selain itu, televisi menjadi media yang produktif untuk memengaruhi emosi anak.
Cara lain mengenalkan kecerdasan emosi kepada buah hati adalah menunjukkan berbagai gambar, atau mengomentari situasi, baik di majalah, televisi, maupun media lainnya. Misalnya, ketika melihat televisi saat ada tokoh yang sedang sedih karena dinakali tokoh lainnya, maka orangtua harus berkomentar, "Aduh, kasihan sekali, pasti dia sangat sedih karena tindakan nakal temannya itu." Hal yang sama dapat dilakukan pula saat membaca dongeng. Orangtua perlu berkali-kali menyebutkan situasi emosi para tokoh dalam cerita tersebut.
Selain memperkenalkan berbagai jenis emosi, pada saat yang sama, anak juga belajar hal-hal yang menyebabkan munculnya emosi tersebut, misalnya perasaan sedih salah satu tokoh cerita karena ditipu atau dihina tokoh lain. Orangtua juga dapat pula memberikan penilaian moril atas situasi tersebut. Misalnya menghina adalah suatu perbuatan buruk dan jahat sehingga anak menjadi tahu nilai moril dari suatu perilaku.
Sementara itu, ibu rumah tangga Hartati Julian Hoen mengaku mengajarkan kecerdasan emosi kepada putranya dengan memberikan alasan apa yang membuat dirinya marah atau sedih. "Ketika melihat anak saya nakal, maka saya akan mengatakan langsung kalau saya sedih dan menerangkan pula apa yang menyebabkan kesedihan itu," katanya.
Demikian pula Hartati menyebutkan, dirinya akan mengatakan secara terbuka kepada putranya yang masih berusia empat tahun tentang perasaan lain yang dirasakannya. "Jika sudah terbiasa, anak tidak akan sungkan-sungkan mengungkapkan perasaannya. Entah itu sedih, marah dan senang dan itu telah saya alami dengan putra saya Robi Julian Hoen," sebutnya lagi.